Selasa, 17 Juni 2014

[BOOK REVIEW] GARUDA 5 UTUSAN IBLIS

Judul: Garuda 5 Utusan Iblis
Penulis: FA Purawan
Penerbit: Tiga Kelana
Tahun Terbit: 2009
Tebal: 702 Halaman
ISBN: 978-602-8535-22-9
Harga: Rp 99.000,-
Bintang: ★★★★



Di antara sedemikian banyak citra yang menyesakkan mata, masihkah penglihatan patut diandalkan? Di antara suara-suara gaduh memenuhi cakrawala, masihkah pendengaran memegang arah? Tanpa mata, tanpa telinga, tinggallah kalbu. Kalbu menjadi mata yang melihat apa yang tak terlihat, dan menjadi telinga yang mendengar apa yang harus terdengar.” (hal. 682)

Adalah Jaka, sang ketua OSIS SMA Raya, yang terpilih menjadi pemimpin Pasukan Garuda di masa kini. Bersama keempat kompatriotnya, dia dibebani kewajiban mencegah kedatangan utusan Iblis yang mampir ke bumi setiap 666 tahun sekali. Terdengar mudah sekaligus sederhana, jika saja urusan satu ini tak melibatkan satu kerajaan penuh berisi kaum lelembut, orang-orang penganut aliran hitam, hingga nyawa teman-teman SMA mereka yang secara tidak sengaja ikut terseret. Lewat kelebatan mimpi yang menghiasi tidur setiap malamnya, mereka digembleng oleh para leluhur yang juga merupakan Pasukan Garuda di masa lampau. Mulai dari  pemahaman-pemahaman terperinci akan detik-detik kedatangan makhluk laknat dari Neraka itu dalam siklus sebelumnya, sampai berbagai teknik kanuragan yang bisa membuat mereka menjadi jagoan kungfu dalam tempo semalam. Semuanya demi mempersiapkan mereka tepat pada waktunya. Sanggupkah mereka?

Sayangnya, musuh mereka juga sudah berbenah semenjak kegagalan 666 tahun silam. Skenario balas dendam yang tersusun amat rapi, siap digelar kapan pun tiba waktunya. Demi memuluskan ambisi serakah untuk menguasai dunia lewat kesaktian sang utusan Iblis, mereka rela menanti dengan begitu sabar siklus berikutnya, sembari mengawasi lekat-lekat keturunan para pendekar Pasukan Garuda yang akan menjadi pengganjal di kemudian hari. Sebuah kisah yang membangkitkan kembali euforia akan kehebatan dunia persilatan Indonesia yang dipoles dengan kehidupan penuh romansa ABG masa kini, :)

(^-^)
Saya hanya bisa teriak gak karuan saat satu-persatu kotak pandora konflik terbuka. Sama sekali gak menyangka akan ada pimpinan musuh yang menjelma sebagai penyusup dalam Pasukan Garuda. Alur plot yang susah ditebak, juga sering membuat saya tergoda untuk loncat ke bagian akhir, saking penasarannya. Belum lagi, pengembangan karakter tokoh yang sempat membuat saya kecele dalam menjatuhkan ‘vonis’. Seperti saat saya menebak, jika Johannes Pasaribu itu merupakan bagian dari kaum lelembut. Eh, ternyata di bagian akhir si doi malah nongol sebagai salah satu punggawa Garuda Five (nama beken Pasukan Garuda). Gregetan, kan?

Tapi disitulah bagian serunya, sob. Ketika pembaca tidak terlalu cerdas dalam menebak-nebak alur cerita yang dibaca. Malah, menurut saya, bacaan novel itu jadi gak seru saat keseluruhan cerita udah ketebak semenjak awal. Terlalu mainstream. Nah, buku ini lain. Apalagi dibumbui dengan kisah roman picisan ala remaja SMA. Mulai dari cinta segitiga Ratih-Jaka-Prasti, sampai cinta gak nyambung antara Jo yang notabene kalem dengan Siska, pentolan bagian keamanan OSIS SMA Raya. Kisah-kisah tersebut menjadi penurun ketegangan yang emang sewajarnya terjadi dalam novel silat semacam Garuda 5 ini.

Pesan-pesan moral yang ada dalam bacaan ini juga lumayan mengena terhadap realita zaman yang ada pada saat ini. Seperti tawuran antar pelajar, esensi sebuah doa yang semakin tergerus zaman, hingga makna sejati sebuah persahabatan. Saya jadi teringat, catatan-catatan kaki berisi sudut pandang penulis terhadap suatu permasalahan yang ada di sana. Tidak terkesan menggurui meski terkesan sedikit  jayus. Dalam artian, masa lagi seru-seru ngikutin pertarungan yang ada, tiba-tiba kita direcoki dengan catatan-catatan kaki berisi pesan moral dari penulis?

Satu catatan lagi. Entah mengapa saya merasa bahwa buku ini belum memberikan resolusi akhir yang cukup memuaskan pembaca. Terkesan ‘gantung’. Persaingan cinta antara Ratih-Jaka-Prasti dibiarkan berakhir tanpa penyelesaian. Nasib Pasukan Garuda sesudahnya  juga terancam tidak jelas. Apakah melanjutkan kehidupan remaja seperti biasanya, atau akan muncul musuh-musuh lainnya. Saya jadi berpikir, bakalan ada sekuel kedua novel ini. Secara, saya emang pecinta happy ending gitu sih.^^

Tapi, secara keseluruhan semuanya oke kok. Malah saya sempat menyesal, kenapa gak baca ulang sebelum ‘dijarah’ teman-teman. Itu juga yang menjadi alasan saya untuk menyematkan 4 dari 5 bintang yang ada. Recommended benget, deh!




0 komentar:

Posting Komentar