Selasa, 24 Juni 2014

[BOOK REVIEW] HELLOGOODBYE: Makna Baru Sebuah Perpisahan

Judul: HelloGoodbye
Penulis: Ayuwidya berdasar skenario Titien Wattimena
Penerbit: Qanita (Mizan Pustaka)
Tahun Terbit: 2012
Tebal: 160 Halaman
ISBN: 978-602-9225-52-5
Harga: Rp31.000,-
Bintang: ★★★



Dan karena sebuah tugas, bagaimanapun menyebalkannya orang yang kita hadapi, kita harus tetap berdiri di sana. Tegak melawan. Menahan sabar.” (hal.46)

Jangan pernah marah karena perpisahan. Memaki perpisahan sama saja mengutuk pertemuan” (hal.145)

Semua hidup Indah terasa monoton manakala menjalani penugasan pertamanya di Kantor Urusan Konsuler RI kota Busan, cabang KBRI Korea Selatan. Sehari-hari ‘tugas resminya’ hanya berkutat pada urusan menemani shopping ibu-ibu pejabat yang ‘kebetulan’ ikut dinas sang suami. Membawakan pelbagai kantong belanja yang tak usah ditanya seberapa berat isinya. 
Semua berubah, ketika dia ditugaskan merawat seorang ABK kapal Singapura berkewarganegaraan Indonesia yang terkena serangan jantung saat berada dalam pelayaran. Awalnya Indah menyambut baik tantangan ini. Mengira Abi, sang pelaut itu, bakal membawa suasana baru dalam dunia monotan-nya.Sayang, jauh panggang dari api. Abi malah bersikap laiknya anak kecil yang membenci segala hal berbau obat dan rumah sakit. Belum lagi temperamen Abi yang sering membuat Indah mendidih bukan kepalang. Abi juga tetap bersikap acuh tak acuh dengan mengabaikan semua saran dari dokter maupun Indah sendiri. Seakan, pria itu memang ingin mati.
Akan tetapi lambat laun, perasaan beku diatara mereka berdua perlahan meleleh. Menyisakan perasaan sayang yang bercampur dengan keraguan sekaligus kebingungan. Dan ketika waktu perpisahan telah tiba, keduanya mulai menyadari bahwa hati mereka telah tertambat satu sama lain. Huh, andai waktu bisa diputar balik!
(^-^)
“Terlalu fokus sama tujuan suka bikin kita lupa nikmatin perjalanan.” (hal.101)
“Gimana kamu bisa sampai tujuan kalau kamu nggak tau titik awalnya?” (hal.110)
Pada mulanya saya mengira HelloGoodbye adalah sebuah NOVEL yang di-FILM-kan. Ini yang membuat saya bersedia meluangkan kantong guna membelinya. Saya pikir, jaminan mutu novel yang diangkat ke layar lebar pastinya cukup bagus mengingat mana mungkin ada produser yang berani membiayai proyek semacam ini kecuali mereka yakin dengan tingkat kelarisan kisah tersebut. Dan rupanya….saya benar-benar keliru. HelloGoodbye ternyata adalah FILM yang di-NOVEL-kan. Terpampang dengan begitu jelas di front cover: ‘Berdasarkan skenario Titien Wattimena’ . Oh, my God! (satu teriakan LOL untuk saya…)

Oke. Seusai menutup lembaran terakhir buku ini, saya merasa ada yang kurang dengan penyajian kisahnya. Muncul perasaan, ‘Hah, cuma gini doang?’. Konflik yang ada terasa monoton. Hanya berkisar pada kelakuan Abi yang kayak anak kecil dan sikap Indah yang berusaha menunaikan tanggung jawabnya. Gak ada pengembangan lebih lanjut seperti bagaimana cerita latar belakang kehidupan keluarga mereka di masa lampau. Karakter tokoh-tokoh lainnya semacam Puri, Gustav, Seno, Pak Viktor, bahkan Lee Min Woo sekalipun, juga kurang dieskploitasi lebih lanjut. Seakan pembaca sengaja dibiarkan untuk menebak-nebak sendiri sifat mereka masing-masing. Jarang saya temui transkrip percakapan antara Indah dengan Lee Min Woon (padahal mereka bertemu beberapa kali), Indah dengan Gustav dan Seno (padahal ketiganya temen sekantor), atau Puri dengan Lee Min Woo yang notabene dikatakan sering bertatap wajah. Yah jadinya, novel ini terkesan ‘egois’ dengan hanya bercerita mengenai dunia Indah dan Abi saja. Selain itu, latar tempat yang dimunculkan juga cuma disitu-situ doang. Menimbulkan rasa bosan tersendiri bagi imajinasi para pembaca. Padahal, Busan itu kota pelabuhan terbesar se-Korea. Masa’ gak ada spot menarik lainnya, sih? 

 Meski demikian, masih ada beberapa poin yang membuat saya tetep bangga dengan kehadiran novel ini. Nilai-nilai kebijaksaannya dapat menjadi refleksi dalam kehidupan dunia yang kian ‘edan’ ini.  Seperti, ketangguhan Abi dan Indah dalam memaknai sebuah perpisahan. Juga perasaan keibuan dalam diri seorang Indah saat merawat Abi, meski merupakan seorang asing. Hingga semangat juang dalam melaksanakan tugas negara, seberat apapun itu. Itu yang lebih terpatri dalam jiwa saya, seusai membaca buku ini untuk kali kedua. Lalu, apakah lantas saya tertarik untuk berburu filmnya? Hahaha…Sepertinya hanya Tuhan dan saya yang tahu akan jawabannya.

















0 komentar:

Posting Komentar