AHLAN.
Segala puji kepada Allah. Karena satu lagi keinginan saya berhasil terwujud
minggu ini, meski sempat tersendat dengan mood saya yang naik-turun yang kayak roller
coster (*tutup muka pake sarung). Padahal, kalau sobat tahu, rencana blog
ini udah tersusun semenjak akhir 2013 yang lalu. Dan bahkan embrio blog ini
telah hadir di blogspot semenjak awal tahun kemaren (meski masih males
gw urus sih, hehehe).
Yak! Inilah Kepo’s Library! Sengaja saya hadirkan untuk memuat
berbagai review buku-buku yang telah saya ‘habisi’ semenjak zaman
bahula. Nama ‘Kepo’s Library’ muncul ke permukaan manakala saya diteriaki
teman-teman se-asrama akibat celetukan bernada penasaran yang saya lontarkan begitu
saja. Dikit-dikit tanya, ‘Kok bisa gitu?’, ‘Lho, gimana ceritanya
tuh?’. Bukan jawaban yang saya peroleh, malah tudingan nista tak beradab
semacam ini: ‘Ih, kepo amat sih lu?’. Sial. Tapi, memang dari sanalah
inspirasi akan identitas blog ini muncul. Saya akui, saya bangga menjadi orang kepo.
Saya bangga menjadi orang penasaran. Toh, peradaban manusia bisa berkembang
sedemikian canggih karena dorongan rasa ‘kepo’ umat manusia juga, bukan?
^^
Lalu, apa harapan yang saya simpan di balik bata-bata bangunan blog
ini? Gak ‘terlalu’ banyak kok. Saya cuma ingin berbagai kebahagiaan sesudah
menamatkan satu buku. Saya hanya ingin menyimpan memori manis akan nolstalgia
yang saya rasakan saat melahap nutrisi sebuah buku. Saya cuma mau agar apa yang
telah saya baca tidak hilang tertiup debu-debu dunia begitu saja tanpa
meninggalkan satu bekas pun untuk kehidupan mandatang. Saya hanya berharap
bahwa suatu saat nanti, entah kapan itu, pesan-pesan yang saya guratkan dalam
postingan blog ini mampu membawa seseorang kepada kebaikan. Just that.
Segala sesuatu yang baik itu akan menjadi buruk manakala dilakukan
dengan berlebihan, demikian kaidah ushul fiqh. Pun demikian dengan membaca
kitab, buku, atau sejenisnya. Nah, satu pesan saya kepada semua pecinta buku,
termasuk diri saya tentunya, jangan sampai kecintaan kita akan tulisan tangan
manusia membuat kita lupa untuk membaca firman Penguasa manusia. Jangan sampai,
kemaniakan kita terhadap karangan-karangan manusia melalaikan diri kita dari kewajiban
mengkaji gubahan agung hasil kalam sang Khalik, AL-QUR’AN. Oke?
Overall, nantikan review
eksklusif dari saya di postingan berikutnya!
0 komentar:
Posting Komentar