Selasa, 17 Juni 2014

Launching: Sebuah Resonansi Identitas



AHLAN.
Segala puji kepada Allah. Karena satu lagi keinginan saya berhasil terwujud minggu ini, meski sempat tersendat dengan mood saya yang naik-turun yang kayak roller coster (*tutup muka pake sarung). Padahal, kalau sobat tahu, rencana blog ini udah tersusun semenjak akhir 2013 yang lalu. Dan bahkan embrio blog ini telah hadir di blogspot semenjak awal tahun kemaren (meski masih males gw urus sih, hehehe). 

Yak! Inilah Kepo’s Library! Sengaja saya hadirkan untuk memuat berbagai review buku-buku yang telah saya ‘habisi’ semenjak zaman bahula. Nama ‘Kepo’s Library’ muncul ke permukaan manakala saya diteriaki teman-teman se-asrama akibat celetukan bernada penasaran yang saya lontarkan begitu saja. Dikit-dikit tanya, ‘Kok bisa gitu?’, ‘Lho, gimana ceritanya tuh?’. Bukan jawaban yang saya peroleh, malah tudingan nista tak beradab semacam ini: ‘Ih, kepo amat sih lu?’. Sial. Tapi, memang dari sanalah inspirasi akan identitas blog ini muncul. Saya akui, saya bangga menjadi orang kepo. Saya bangga menjadi orang penasaran. Toh, peradaban manusia bisa berkembang sedemikian canggih karena dorongan rasa ‘kepo’ umat manusia juga, bukan? ^^

Lalu, apa harapan yang saya simpan di balik bata-bata bangunan blog ini? Gak ‘terlalu’ banyak kok. Saya cuma ingin berbagai kebahagiaan sesudah menamatkan satu buku. Saya hanya ingin menyimpan memori manis akan nolstalgia yang saya rasakan saat melahap nutrisi sebuah buku. Saya cuma mau agar apa yang telah saya baca tidak hilang tertiup debu-debu dunia begitu saja tanpa meninggalkan satu bekas pun untuk kehidupan mandatang. Saya hanya berharap bahwa suatu saat nanti, entah kapan itu, pesan-pesan yang saya guratkan dalam postingan blog ini mampu membawa seseorang kepada kebaikan. Just that.

Segala sesuatu yang baik itu akan menjadi buruk manakala dilakukan dengan berlebihan, demikian kaidah ushul fiqh. Pun demikian dengan membaca kitab, buku, atau sejenisnya. Nah, satu pesan saya kepada semua pecinta buku, termasuk diri saya tentunya, jangan sampai kecintaan kita akan tulisan tangan manusia membuat kita lupa untuk membaca firman Penguasa manusia. Jangan sampai, kemaniakan kita terhadap karangan-karangan manusia melalaikan diri kita dari kewajiban mengkaji gubahan agung hasil kalam sang Khalik, AL-QUR’AN. Oke?

Overall, nantikan review eksklusif dari saya di postingan berikutnya!

0 komentar:

Posting Komentar