
Penulis: Dewi Sartika
Penerbit: OASE
Tahun Terbit: 2008
Tebal: 248 Halaman
ISBN: 979-1167-15-X
Harga: Rp 29.500,-
Bintang: ★★
“Cinta memang menyebalkan, tapi kita jadi bisa maklum atas semua tindakannya..” (hal.200)
Berkat sebuah kunci,
Diana dan Lea terhempas ke sebuah dunia lain. Ranah Sembilan. Disana, hukum
rimba yang berkuasa. Siapa yang kuat, maka dia akan menang. Yang lemah akan
tergilas, dan berakhir sebagai budak, tawanan, atau bahkan seonggok mayat. Di
tempat semacam itulah kedua anak perempuan itu terdampar. Beruntung, ketika keduanya sedang terkepung
segerombolan perampok liar, sebelum keadaan bertambah fatal, seorang pendekar bernama
Amon hadir menyelamatkan mereka. Dan setelah melalui proses negoisasi yang
cukup rumit –sekaligus kocak–,Amon akhirnya bersedia untuk menemani perjalanan Diana
dan Lea selama menjelajahi daratan Ranah Sembilan.
Berbagai
hambatan dan rintangan mampu mereka atasi bersama. Namun, itu bukan berarti
jika perjalanan mereka menjadi mudah begitu saja. Terbukti, pada satu titik
mereka bertiga terpaksa berpisah. Diana jatuh ke dalam kegelapan jurang. Amon,
yang ternyata merupakan salah satu dari kelima Dewa di Lembah Iblis, dipaksa
pulang oleh pengawalnya demi menjalani pelatihan imdok (istilah untuk
tenaga dalam) tingkat berikutnya. Sedang Lea harus terjebak dalam pengembaraan ‘gila’
bersama manusia berkepribadian ganda bernama Bixi, yang juga salah satu Dewa di
Lembah Iblis. Semuanya menjalin janji untuk kembali bersua di tanah yang paling
ditakuti di Ranah Sembilan: Lembah Iblis. Disana keadaan jauh lebih mencekam dan
berbahaya. Betapa tidak! Lembah Iblis yang hanya terdiri dari satu perguruan,
yaitu perguruan Langit, ternyata di masa lampau mampu mengimbangi kekuatan 8
perguruan lainnya dari seluruh penjuru Ranah Sembilan. Dan di tempat itu pula,
kelima ‘dewa’ alias anak angkat Kaisar Langit (pemimpin perguruan Langit)
ditempa secara khusus. Sanggupkah mereka?
(^-^)
Setelah
usai ‘menghabisi’ kitab ini, saya jadi bertanya-tanya, apa sebenarnya tujuan
yang harus dicapai para lakon dalam cerita bergenre silat fantasi ini?
Sederhananya, ending semacam apa yang ingin diutarakan penulis dalam
kisah ini? Bukan apa-apa, permasalahannya ada pada ending cerita yang
terksesan diputus secara paksa. Seperti ketika Anda sedang asyik-asyiknya
menyaksikan sebuah film, lalu tiba-tiba dihentikan begitu saja di pertengahan
cerita. Bagaimana perasaan timbul? Kesal abis, kan? Demikian pula dengan novel
satu ini. Semua konflik yang telah dimunculkan di awal cerita, tidak mampu
dituntaskan hingga rampung. Kita semua tahu, jika Diana dan Lea secara tidak
sengaja terseret ke dunia lain. Lalu lantas, apakah sesudah semua petualangan
itu mereka berhasil kembali ke dunia asal mereka? Kita sema juga paham, jika
ada 3 pendekar lebih yang jatuh cinta dengan Diana. Lalu lantas, siapa di
antara ketiganya yang sukses menggaet hati Diana? Kita semua juga sadar, jika
Radja (tokoh antagonis yang melumpuhkan jasad gurunya demi mencuri kitab berisi
pengetahuan segala racun), adalah musuh yang paling diburu oleh Diana mengingat
hanya wanita itu satu-satunya orang yang tahu bagaimana cara menangkal racun
Radja. Lalu lantas, apakah Diana berhasil dengan tujuannya tersebut?
Jawaban
dari ketiga pertanyaan sebelumnya adalah: Tak-Ada-Yang-Tahu, kecuali Tuhan dan
sang penulis. Karena tidak disebutkan dengan begitu jelas hingga halaman
terakhir novel ini. Bahkan seingat saya, Diana sama sekali tak pernah bertatap
muka secara langsung dengan Radja. Nah, bagaimana saya bisa memutuskan mana
yang lebih hebat diantara keduanya?
Selain
itu, kejanggalan lain dari cerita buku ini ialah nama Diana dan Lea yang sama
sekali tak mengundang kecurigaan dari masyarakat setempat. Bayangin, nama-nama
orang disana itu kayak Gillian, Bixi, Amon, Merope, Rei, Damon, hingga Valta.
Ada perbedaan yang begitu jauh, bukan, antara nama Diana dengan Gillian?
At least, menurut saya,
berbagai faktor-faktor di atas lumayan merusak ide-ide jenius yang melatari
penyusunan novel ini. Jalinan apik antara dunia persilatan dengan dunia fantasi
menjadi berantakan hanya karena penempatan alur serta detail cerita yang kurang
beraturan. Kisahnya juga dituturkan dengan gaya bahasa yang baik, sehingga
tidak terasa monoton. Membuat pembaca, termasuk saya, terus penasaran dengan
halaman berikutnya. Namun, saya tetap berharap agar ke depannya muncul sekuel dari
kisah ini. Kelanjutan yang akan menuntaskan semua plot, sekaligus melepaskan
dahaga kepenasaran pembaca terhadap kelanjutan nasib Diana dan Lea di dunia
Ranah Sembilan. Semoga, ya!
0 komentar:
Posting Komentar