Penulis: Rizki Ridyasmara
Penerbit: Salsabila (Pustaka Kautsar)
Tahun Terbit: Nopember 2010 (Cetakan Kedua)
Tebal: 434 Halaman
ISBN: 978-979-19163-5-6
Harga: Rp 45.000,-
Bintang: ★★★★
“Que sera sera! Apa yang akan terjadi, maka terjadilah!” (hal.60)
Sebuah microchip berisi data-data rahasia milik CIA dan
Pentagon menyeret seorang saintis Italia bernama Alda Adriana dalam alur
konspirasi yang pelik nan berbahaya. Bersama George Marshall, mantan suami Alda
sekaligus pensiunan pasukan elit Australia, keduanya berusaha melarikan diri
dari orang-orang yang memburu mereka. Dalam pelarian mereka tersadar bahwa microchip
yang mereka bawa bukan sekedar berisi informasi-informasi intelijen
biasa. Ternyata, benda tersebut menyembunyikan berbagai kebusukan negara maju yang
berusaha meracuni umat manusia secara perlahan melalui perantara makanan yang
dikonsumsi. Semua itu dilakukan dengan dalih mengendalikan populasi umat
manusia agar senantiasa selaras dengan kapasitas bumi.
Apa yang dilakukan Alda dan George jelas telah membuat musuh mereka
kebakaran jenggot. Pembunuh-pembunuh terbaik dari mafia La Camorra,
mafia La Cosa Nostra, hingga CIA, diutus demi merebut kembali microchip
tersebut sekaligus memastikan kematian keduanya. Sanggupkah mereka berdua
bertahan dari kejaran dan menyebarkan informasi penting itu ke seluruh penjuru
dunia? Novel yang akan mengubah pandangan hidup Anda agar lebih sehat dan
waspada!
(^-^)
Applaus untuk Rizki
Ridyasmara! Beliau berhasil mengkolaborasikan secara apik fakta-fakta ilmiah
yang ada dan mengemasnya dalam sebuah cerita penuh ketegangan. Perasaan jenuh
yang acapkali melingkupi benak saya saat membaca jurnal-jurnal ilmiah menguap
begitu saja ketika membaca novel satu ini. Ilmu dapat, hiburan juga dapat.
Hehehe….Lumayan, kan?^^
Novel ini memuat berbagai hasil penelitian ilmiah yang sengaja ditutupi
dari publik. Karena jelas, industri Amerika dan Eropa bisa bangkrut seketika,
apabila informasi se-sensitif itu diketahui masyarakat umum. Seperti, tahukah
Anda jika vaksin, obat-obatan medis, pelbagai makanan dan minuman, ternyata
disusupi RACUN yang sengaja dibuat untuk membunuh kita? Tahukah Anda, untuk
menipu konsumen, MSG punya 20 nama yang berbeda? Atau, tahukah Anda jika virus
HIV sengaja diciptakan untuk memusnahkan etnis asli Afrika? Dan masih ada
begitu banyak hal-hal mencengangkan lainnya yang diangkat di buku ini. Dijamin
membuat mata Anda terbelalak –kecuali jika Anda telah mengetahui terlebih
dahulu– saat menyadari betapa mengerikannya bahan-bahan penyusun makanan yang
selama ini akrab di keseharian kita. Semua itu dilengkapi dengan sumber-sumber
terpecaya yang dapat ditelusuri kebenarannya melalui berbagai catatan kaki yang
ada.
Di samping itu, petualangan Alda dan George selama berada dalam
kejaran juga patut untuk diberi applaus. Mulai dari butik-butik di
Milan, lalu beranjak ke Kota Terapung Venesia,
kemudian ke villa mewah Profesor Contrado di Parma, hingga ‘pertarungan’
terakhir di San Marino. Semuanya dapat digambarkan dengan begitu jelas. Seakan-akan
penulis memang turut terlibat langsung dalam setiap kejadiannya. Belum
lagi berbagai rincian senjata-senjata dalam novel yang membantu para pembaca dalam memahami kondisi lapangan di setiap konflik.
Satu catatan yang agak menganggu benak saya ialah, mengapa chip
sepenting itu bisa melanglangbuana dari Langley, markas CIA, hingga sampai ke
Italia? Harusnya kan, dokumen sepenting itu tidak diizinkan untuk dibawa keluar
kantor. Bagaimana bisa CIA kecolongan dengan sebegitu mudah? Dan bagaimana
detail kejadian sesungguhnya yang menimpa pemegang chip sebelum Alda
Adriana?
Pertanyaan di atas memang lumayan mengusik, namun terlepas dari itu, novel ini tetap saja berhasil
memukau diri saya dengan berbagai pengetahuan dan petualangannya. Membuka cakrawala
wawasan saya tentang betapa nyatanya program de-population manusia yang terjadi di
sekitar saya. Juga membantu saya agar lebih
berusaha keras dalam menciptakan kehidupan yang sehat sekaligus aman tentunya.
Sekali lagi, applaus untuk Rizki Ridyasmara!
0 komentar:
Posting Komentar